Kesempurnaan

Tidak ada gading yang tak retak.
Itu pepatah yang sejak lama sudah saya ketahui. Pada awalnya, makna yang terbentuk di benak saya -dari berbagai penggunaannya- adalah, tidak ada manusia yang sempurna. Makna itu terus berkembang dan mengalami penyesuaian, hingga berhenti pada satu titik :

tidak ada yang sempurna di dunia.

Benarkah tidak ada yang sempurna di dunia ini?
Alam berbicara banyak mengenai hal ini. Dan saya, sebagai manusia, telah lebih dua puluh tahun dalam perjalanan pengamatan, pendengaran, dan penghayatan kehidupan. Alam telah begitu luar biasa bagi saya : keunikan makhluk, keseimbangan semesta, bahkan penghidupan sendiri adalah sesuatu yang sangat, sangat sempurna. Entah apakah keluarbiasaan yang telah membuatnya menjadi seolah sempurna. Tapi bagaimanapun, sulit untuk tidak menyebut '24 jam dalam satu hari', yang tidak pernah berubah sejak penciptaan sampai detik ini, adalah kesempurnaan. Bayangkan presisi struktur DNA, keselarasan orbit benda langit, timing peredaran darah ke seluruh tubuh. Saya tidak dapat menemukan padanan kata yang lebih pas dari semua itu selain 'SEMPURNA!'
Jadi, jika alam dapat begitu sempurna, apakah manusia dapat setidaknya mendekati sempurna? Bahkan Muhammad s.a.w. sebagai manusia terbaik sepanjang sejarah (versi saya), tidak luput dari kesalahan. Juga, faktanya, sebagai manusia biasa, beliau pun harus wafat.
Mungkinkah manusia dapat sempurna?
Benak saya pesimis. Namun, naifkah jika saya mengejar kesempurnaan? Karena, kebanyakan orang menginginkannya. Karena, saya dan kebanyakan orang selalu kecewa. Kecewa dengan kegagalan dan ketidaksempurnaan.

About this entry