(Sampai) Kapan?
[Tok tok tok!]
[Kriet...]
Ya?
Maukah...?
Hmmm...
Oke.
Bye.
Dah.
[Tik tik tik]
[cring!]
Besok?
[...]
[ting-nong!]
BUZZ!!!
Oh...
Bisa...?
Maaf...
Tak apa :)
Sungguh?
Lain kali...?
Boleh.
[Kriet...]
Ya?
Maukah...?
Hmmm...
Oke.
Bye.
Dah.
[Tik tik tik]
[cring!]
Besok?
[...]
[ting-nong!]
BUZZ!!!
Oh...
Bisa...?
Maaf...
Tak apa :)
Sungguh?
Lain kali...?
Boleh.
[Kringgg!!!]
[cklek]
Halo...
Ini aku.
Ya, kenapa?
Kalau... sekarang?
Kayaknya...
Ow... yasudah
Trims...
It's OK :)
See you.
[cklek]
Sampai nanti...
gambar: Waiting by ~techoveride
tetap semangat, teman!
perjuangan memerlukan kesabaran
Posted by Syahdana at 2:43 AM | 0 comments read on
Kenapa?
Ada sebuah tempat untukmu, di seberang meja panjang iniTelah kupesan, khusus hari ini
Juga semangkuk spaghetti dan segelas milkshake
Yang dua-duanya kesukaanmu
Ya, memang aku tak akan pernah sanggup menyewa pemusik sungguhan
Jadi mari nikmati saja suasana ini dalam keheningan, ya...
Kuharap kamu mau mengerti
O ketahuilah, sesungguhnya yang paling berharga dari semua adalah,
Kesempatan untuk melihat dunia, yang terpantul dari dua matamu
Yang sangat bening, sebening permata yang paling bening
Dan berbagi momen ini denganmu... aku tak akan bernah bosan
Sampai lilin-lilin habis termakan api, lalu padam
Sampai aku habis termakan usia, lalu tenggelam
Tapi mungkin kamu tak pernah datang
Tidak hari ini, tidak kemarin, tidak juga besok
Spaghetti itu mendingin, tanpa ada suapan
Satu demi satu butir es berubah menjadi embun
Yang merambat turun merayapi dinding gelas, persis tetes air mata
Entah air mataku
Entah air matamu
Semua seperti menahan kita untuk saling bertemu dan menemukan kebahagiaan
Kenapa?
gambar: Seaside Dinner by =darkened-flame
Posted by Syahdana at 11:48 PM | 4 comments read on
Meski
Meski langit runtuh menimpaku
Tak usahlah aku kuatir
Tak ada yang kan bersedih
Meski bumi pecah dan menelanku
Tak perlulah aku risau
Tak ada yang kan menangis
Lega
Lepas dari jerat kehidupan
Yang semu dan menyemukan
Meski bukan berarti kebenaran
Tak pentinglah aku peduli
Tak ada artinya lagi kini
Semua terlalu pahit untuk ditelan
Tak usahlah aku kuatir
Tak ada yang kan bersedih
Meski bumi pecah dan menelanku
Tak perlulah aku risau
Tak ada yang kan menangis
Lega
Lepas dari jerat kehidupan
Yang semu dan menyemukan
Meski bukan berarti kebenaran
Tak pentinglah aku peduli
Tak ada artinya lagi kini
Semua terlalu pahit untuk ditelan
Meski langit runtuh menimpaku
Toh kamu tetap tak akan datang
Toh kamu tetap tak akan datang
gambar : Comic Relief by ~yukismine
Posted by Syahdana at 10:41 AM | 4 comments read on
Laut
Aku telah berjalan jauhDari kota ke kota
Dari rumah ke rumah
Tak kutemukan juga
Di mana kiranya Laut?
Aku telah bertanya banyak
Dari nama ke nama
Dari jiwa ke jiwa
Tak kudapatkan juga
Di mana gerangan Laut?
Aku telah diberitahu
Hanya Lautlah yang bisa membunuhku
Hanya Laut tempat untukku
Tenggelam dan mati
Di sanalah jawabannya
Di Laut!
Hanya Lautlah yang bisa membunuhku
Hanya Laut tempat untukku
Tenggelam dan mati
Di sanalah jawabannya
Di Laut!
Seribu tahun aku mengembara
Seribu tahun aku mencari
Di mana Laut!
Semua peta ternyata dusta!
Seribu tahun,
Dan tak sejengkal pun laut!
gambar : Perspective Truth by ~junyuen
Posted by Syahdana at 11:11 AM | 2 comments read on
Bertanya pada laron
Maghrib tadi di warung, beberapa laron masuk ke ruangan tempat saya lagi browsing-browsing dan dengan sigap (meskipun ga pernah di-os) mengerubungi lampu neon di atas saya. Musim hujan, malam hari, habis hujan. Kayaknya memang timing tepat buat si laron unjuk gigi (eh, punya gigi ga sih?). Yah, mulailah meteran kesal saya naik. Saya nggak pernah suka serangan laron. Kadang membuat merinding. Kadang membuat panas dingin. Malah sampai meriang. Tapi itu sih memang kebetulan waktu saya lagi demam =D.Nah, singkat kata, karena kesal maka keluarlah makian dari mulut saya terhadap sang laron. Eh, ternyata ada yang protes (bukan, bukan laronnya yang protes...). Abang IPD yang protes bilang ke saya, "kasian kan... laron hidup nya cuma sehari aja". Memangnya iya ya? Entahlah, yang pasti pernyataan itu tidak cukup menahan saya untuk segera pulang karena kenyamanan browsing yang mulai terganggu (sebenernya bukan gara-gara laron, tapi karena AI3nya lagi nggak beres).
Maka pulanglah saya. Selama perjalanan pulang (kesannya jauh banget ya? padahal cuma di Cisitu...) saya memikirkan kembali tentang laron-laron itu. Ada beberapa pertanyaan lucu yang muncul:
- Kalau memang benar mereka cuma hidup sehari, apa sih yang ada di pikiran mereka tentang "hidup yang cuma sehari itu"? Andaikan saya seperti laron yang cuma hidup sehari, apa aja ya yang akan saya lakukan selama sehari itu? (yang pasti sih coding bukan termasuk salah satunya... (harap maklum, baru ngerjain tugas Kripton (Eh, Kripto ding (FYI, Kripto itu singkatan dari Kriptografi (banyak amat ya tanda kurungnya? (duh!))))))
- Setahu saya, dari pengalaman-pengalaman berurusan dengan laron, tampaknya makhluk ini cuma keluar pas malam, dan cuma doyan mengerubungi lampu neon. Nah, yang jadi pertanyaan, kalo jaman dulu waktu belum ada lampu neon atau lampu-lampu lainnya, laron ngerubungin apa ya? bulan? Atau laron baru ada setelah lampu neon ditemukan ya?
Posted by Syahdana at 11:07 PM | 3 comments read on